Topik acara ilmiah ini yaitu “Menuju Cakrawala Baru Indonesia Sehat Berbasis Transformasi 6 Pilar Sektor Kesehatan” diselenggarakan secara daring pada Senin, 22 November 2021. Kegiatan dibuka oleh DR. Dr. Supriyantoro, SpP, MARS – Ketua Umum IndoHCF, KREKI & IKKESINDO, dalam sambutannya pihaknya berharap agar materi yang akan disampaikan panelis nanti dapat memberikan gambaran dan pedoman bagaimana fasilitas kesehatan dapat mengambil arah kebijakan yang implementatif dari transformasi kebijakan ini. Sementara Ramli Laukaban sebagai Managing Director & SVP – idsMED Indonesia menyampaikan kebijakan transformasi Kementerian Kesehatan melalui enam pilar sistem kesehatan wajib didukung oleh kolaborasi komponen pemerintah, akademisi, praktisi, masyarakat, dan pelaku bisnis serta inovasi intervensi kesehatan tidak terbatas hanya pada industri berskala besar, namun juga industri kesehatan skala kecil dan menengah.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Pembukaan INDOHCF Annual Scientific Meeting”
Pada sambutan untuk membuka rangkaian acara, Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU menyampaikan kembali pentingnya masing – masing pilar transformasi sistem kesehatan yang akan menjadi fokus pemerintah di minimal tiga tahun ke depan dan mengharapkan semua komponen bangsa untuk dapat unlocking social capital untuk mendukung tercapainya enam transformasi sistem kesehatan ini. Sementara Keynote Speaker dalam acara pembukaan INDOHCF Annual Scientific Meeting ini adalah Sekertaris Jendral Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha, S.E.,M.A.,Ph.D. yang menyampaikan pengantar dengan topik: Transformasi 6 Pilar Sektor Kesehatan: “Bagaimana Kebijakan dan Implementasinya?”. Kunta mengelaborasi transformasi pilar pertama mengenai layanan primer, bagaimana upaya pencegahan, deteksi dini, dan promosi kesehatan menjadi ujung tombak. Pilar kedua titik berat ke akses ke pelayanan kesehatan dan menjadikannya sebagai center of excellence. Pilar ketiga, mengenai ketahanan produksi obat – obatan dan alat kesehatan, juga mencegah mendeteksi dan merespon krisis kesehatan yang beberapa diantaranya dengan kesiapan tenaga cadangan tanggap darurat (seperti DMT dan Relawan Kesehatan) dan pelaksanaan table top exercise kesiapsiagaan krisis (implementasi dari Rencana Kontingensi dan Peta Respon). Pilar keempat menata ulang pembiayaan dan pemanfaatan JKN seperti memberikan proporsi lebih kepada pembiayaan layanan promotif dan preventif seperti skrining kesehatan. Pilar transformasi kelima lebih ke distribusi dan pelatihan SDM Kesehatan dalam bentuk beasiswa afirmasi. Sementara pilar keenam berfokus adalah integrasi dan pengembangan data kesehatan, integrasi dan pengembangan aplikasi pelayanan kesehatan/sistem informasi dan pengembangan ekosistem bioteknologi dan teknologi kesehatan.
Rekaman penyampaian materi dapat diakses melalui link berikut :
Reportase : apt. Gde Yulian M.Epid.
Div. Manajemen Bencana Kesehatan
Topik acara ilmiah ini yaitu “Menuju Cakrawala Baru Indonesia Sehat Berbasis Transformasi 6 Pilar Sektor Kesehatan” diselenggarakan secara daring pada Senin, 22 November 2021. Di sesi yang pertama, Pilar Sektor Kesehatan: Transformasi Layanan Primer menyajikan dialog dengan topik bahasan: Kebijakan dan Strategi Implementasi Transformasi Sistem Layanan Primer, dan fokus bahasan: ”Penguatan Sistem Pelayanan Primer dan Resiliensi Dalam Mencegah Gelombang ke-3 COVID-19”. Acara ini dimoderatori oleh dr. Anung Sugihantono, M.Kes., dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Dirjen P2P Kemenkes RI.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Kegiatan-kegiatan Prioritas Transformasi Layanan Primer oleh Kemenkes RI”
Panelis pertama, drg. Kartini Rustandi, M.Kes., Dirjen Kesmas Kemenkes RI dalam presentasinya menyampaikan bahwa dengan transformasi sistem kesehatan ini diharapkan pendekatan penyelesaian masalah kesehatan ke arah hulu. Namun, kurangnya ketahanan kesehatan selama pandemi COVID-19 mempengaruhi layanan esensial yang ada di masyarakat, seperti penurunan kunjungan puskesmas, peniadaan layanan posyandu, cakupan imunisasi dan berkurangnya monitoring balita stunting dan ibu hamil (gizi dan KIA) olehkarenanya diperlukan penyesuaian strategi untuk aktivitas titik kritis penularan COVID-19 yang harus dikawal oleh FKTP. Pembicara kedua, Prof. dr. Ascobat Gani, MPH, Dr.PH (Guru Besar FKM UI) menjelaskan beda transformasi dengan reformasi dimana transformasi ini paradigmanya tetap, lebih halus dari reformasi, sudah pernah puskesmas mengalami reformasi kesehatan saat desentralisasi dan implementasi JKN, sehingga diharapkan lebih resilien saat dihadapkan pada transformasi, ada enam langkah menurut Ascobat yang kuncinya harus segera dilakukan dan tidak boleh parsial serta harus integratif, antara lain kepemimpinan puskesmas, SDM kesehatan layanan primer, reduksi beban puskesmas untuk UKP, memperkuat jejaring kliik swasta, pembiayaan BOK untuk puskesmas, dan penguatan layanan primer untuk menghadapi ancaman baik itu bencana alam/ non alam atau krisis kesehatan. Dalam epidemic preparedness index WHO ada minimal tujuh komponen diantaranya yang berkaitan erat dengan puskesmas. Panelis ketiga adalah dr. Meikyal Pontoh, M.Kes. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Maluku yang pernah menjabat sebagai Kadinkes Provinsi Maluku s/d Juli 2021. Meikyal memaparkan permasalahan di lapangan adalah apakah kebijakan kebijakan nasional peningkatan upaya promotif preventif yang efektif dan efisien secara terintegrasi dan didukung oleh teknologi inovasi dan peningkatan advokasi ini dapat diadaptasi oleh pemda dengan kebijakan daerah yang implementatif, apakah diakomodasi dalam RPJMD maupun rencana strategis daerah, karena hal ini masih banyak yang belum terjadi. Perlu tim pengendali hoaks di lapangan karena di daerah ini sangat mempengaruhi kinerja layanan primer.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Inovasi Layanan Primer di Provinsi Kepulauan oleh mantan Kepala Dinas Provinsi Maluku”
Pada sesi pembahasan, Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) memberikan tanggapan berupa sepuluh catatan diantaranya dengan transformasi kesehatan dapat mengembalikan konsep yang selama ini salah kaprah, terlalu banyak biaya diberikan ke penguatan rumah sakit yang sebetulnya adalah garda terakhir dari sistem kesehatan, bukan ke garda depan seperti peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat maupun upaya – upaya di puskesmas.Pendekatan yang digunakan adalah “4 Semua 5 Semesta” dimana diharapkan semua individu dan keluarga mampu hidup lebih aman untuk mencegah penyakit, semua puskesmas mampu bekerja bersama masyarakat, semua pemerintah daerah mampu menangani penyakit endemi dan pandemi, semua keputusan/kebijakan berbasis data epidemiologi dan yang terakhir terciptanya ketahanan kesehatan semesta dengan health for and by all. Caranya dengan menjadikan puskesmas sebagai leader of health development, memperkuat kapasitas SDM dan keuangan puskesmas dalam UKM, memperjelas UKP dengan FKTP lain secara merata dalam public private mix dan terakhir digitalisasi pelayanan puskesmas dan UKBM.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “ketahanan kesehatan berbasis masyarakat yang kerap tidak terjamah investasi pemerintah baik lokal maupun pusat”
Pembahas selanjutnya, Dr. Slamet Budiarto, SH, MHKes sebagai Ketua Umum Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Layanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) memberikan kritik keras dalam pembahasannya, pihaknya menganggap yang disampaikan Ascobat sudah berulang kali disampaikan dan diadvokasikan bertahun – tahun yang lalu namun pada implementasinya di lapangan masih belum optimal. Menurutnya pemerintah harus tegas menitikberatkan fungsi puskesmas lebih ke UKM daripada UKP, diharpkan kebijakan transformasi ini dapat diimplementasikan secara progressif, komprehensif, dan kaffah di puskesmas agar indikator kesehatan dapat tercapai Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Timor Leste kinerja layanan primer di Indonesia tertinggal. Pembahas terakhir, dr. Mohamad Subuh, MPPM sebagai Ketua Umum Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES) menyampaikan bahwa paska tahun 2000 pendekatan pelayanan kesehatan lebih ke akses, kendali mutu, dan biaya, karena mengarah pada universal health coverage. Mengamini narasumber dan pembahas sebelumnya memang tantangan transformasi layanan primer menurut beliau pada sistem dan manajemen kesehatan, peraturan perundangan dan program prioritas yang belum optimal dan terkoordinasi dengan baik antraa pusat dan daerah, dukungan dan pemenuhan SDM kesehatan, jaminan mutu layanan yang masih tidak merata dan konsisten dalam pelaksanaan JKN, pembiayaan dan digitalisasi kesehatan.
Pada sesi diskusi, dibahas bagaimana meningkatkan nilai kepemimpinan kepala puskesmas, menurut Ascobat sebaiknya dilakukan in-service training saja yang didampingi oleh dinas kesehatan, kemudian dibahas mengenai dana BOK sebesar 8,2 Trilyun untuk dijadikan peformance base budget untuk capaian UKM di puskesmas yang dimonitor oleh dinas kesehatan, kemudian untuk UKP-nya dapat dilakukan public private mix dengan sebelas ribu klinik swasta sehingga puskesmas dapat fokus dalam melakukan UKM. Kemudian Meikyal menjawab bahwa pemanfaatan informasi dan teknologi sebagai penunjang layanan primer di daerah perlu ditingkatkan karena sekarang sudah banyak jangkauan sinyal namun SDM kesehatan masih terbatas, sehingga pemanfaatan IT dalam bentuk telemedisin maupun sistem rujukan sangat berdampak.
Rekaman penyampaian materi dapat diakses melalui link berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=sUZvuJoupfE
Materi
- Prof. dr. Ascobat Gani, MPH, Dr.PH. – Pelayanan Kesehatan Primer dan Kemampuan Cegah Covid-19 Gelombang-3
- dr. Meikyal Pontoh, M.Kes – PENGUATAN SISTEM PELAYANAN PRIMER DAN RESILIENSI DALAM MENCEGAH (1)
- Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM – Transformasi Layanan Primer
Reportase : apt. Gde Yulian M.Epid.
Div. Manajemen Bencana Kesehatan