Fasilitas kesehatan saat penanganan bencana merupakan pilar penting yang harus disiapkan untuk untuk menjaga ketahanan sistem kesehatan. Fasilitas kesehatan ini termasuk sarana, prasarana, dan alat kesehatan baik itu yang utama maupun penunjang. Bagaimana peningkatan kemampuan ketahanan fasilitas kesehatan untuk bertahan, memadai, dan merespons gangguan bencana sangat mendesak. Peningkatan ketahanan fasilitas kesehatan adalah proses yang canggih dan sistematis, dimana jenis dan tingkat keparahan dampak bencana, kondisi fasilitas kesehatan serta konteks negara tertentu harus sepenuhnya dipertimbangkan. Penelitian ini menyajikan tinjauan scientometric untuk penelitian ketahanan fasilitas kesehatan. Sebanyak 374 artikel relevan yang diterbitkan antara 2000 hingga 2020, dikumpulkan dari basis data koleksi inti Web of Science (WoS), basis data Scopus, dan basis data MEDLINE ditinjau dan dianalisis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tentang resiliensi di fasilitas kesehatan melewati tiga periode perkembangan, dan penelitian tersebut melibatkan negara. Negara – negara berpenghasilan tinggi dan menengah (menengah atas dan menengah bawah) lebih peduli menyiapkan fasilitas kesehatan akibat perubahan iklim dan bencana alam, seperti gempa bumi, angin topan, banjir, dan lain – lain. Sementara negara – negara berpenghasilan rendah lebih banyak membahas tentang Ebola dan konflik. Jelas, masalah perubahan iklim, bencana alam dan epidemi akan sangat menguji fasilitas kesehatan di semua negara di dunia di masa depan. Sebagian besar studi yang ada memberikan lebih banyak upaya untuk pemulihan fungsi yang ada, tetapi sedikit perhatian yang ditujukan untuk mengenali fasilitas kesehatan sebagai sistem adaptif. Setelah bencana benar-benar hilang, sistem fasilitas kesehatan telah distabilkan kembali. Dalam kebanyakan kasus, keadaan stabil ini berbeda dari keadaan stabil sebelum bencana. Hal ini disebabkan oleh dampak bencana dan langkah – langkah yang diterapkan untuk memastikan berfungsinya fasilitas kesehatan.
